4.23.2010

Dapatkah Aku Bahagia Di Dunia Ini ?



Salah satu contoh cerpen - oleh : Mezhaa Liquids

Inilah aku. Zhiya adalah namaku. Aku hidup di ekosistem yang berpopulasi makhluk hidup yang sangat membuat diriku menggila. Semua manusia yang berdiri dihadapanku selalu menambah fikiran yang tiada hentinya. Seolah olah aku adalah si pendengar masalah dan pembuat masalah. Hidupku penuh dengan iblis dan setan dimanapun. Dimana aku berdiri, dimana aku berlindung dimanapun aku berada selalu saja ada makluk jahat berwujud manusia. Mengapa aku tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk bertemu malaikat yang baik hati. Padahal aku ingin sekali bertemu seorang malaikat yang baik hati di dunia ini.
Suatu hari aku pergi sekolah seperti biasanya. Bahkan disekolah pun aku tidak bisa merasakan kebahagian sedikit pun. Entah kapan aku harus seperti ini setiap saat. Sebab semua aku seperti ini adalah, aku terbiasa hidup dengan mengatur tata hidupku sendiri walaupun terkadang orang tuaku memberikan arahan padaku tapi aku dibiarkan untuk tetap mengatur hidupku sendiri. Bahkan aku juga tidak bisa mengontrol diriku untuk tidak mengatur teman temanku. Sehingga semua itu membuatnya berubah. Dan menurutku ekosistem disekolahku juga tidak ingin membantuku untuk mengubahku menjadi yang lebih baik. Malah mereka semakin membuatku untuk menjadi manusia yang serba salah hidupnya. Kini aku disekolah termenung sendiri tanpa ada yang menemaniku. Duduk di sudut kelas tanpa ada yang menemaniku.
Hari itu adalah hari Kamis. Aku kesekolah dengan mengenakan baju batik indah yang aku dapatkan disekolah. Dan dihari itu juga ada siswa baru yang masuk kesekolahku. SMK Shandy Putra adalah sekolahku. Semua muridnya mengenakan celana tanpa terkecuali. Murid itu cowok. Dia bernama Teddy Suhardinata. Dia ganteng dan putih berlesung pipi yang tidak terlalu mencolok. Aku tetap terdiam dan membisu melihatnya. Semua isi kelas sangat senang menyambutnya kecuali aku. Baik yang cowok maupun cewek senang dan antusias. Dia mendapatkan tempat duduk dibelakang bersebelahan tepat denganku. Berhubung posisi duduk kami individu untuk mengantisipasi tidak terjadi kecurangan dalam situasi apapun. Semuanya berkenalan dengannya kecuali aku yang diam.
“ Hai, aku Teddy kamu ?” dia menegurku untuk berjabatan tangan
“ Zhiya. Zhiya Zhafira. “
“Kok diam aja nih dari tadi”
“Gak mood “
“ Oke. Gak masalah kok”
Sepertinya dia ramah pada siapapun. Tanpa pandang bulu. Aku bisa membayangkan kebaikannya.
***
Keesokan hari aku libur. Aku berniat pergi nonton sendiri tanpa siapapun. Ayah dan Bundaku sedang dalam situasi tenang dan mereka berdua akan jalan malam ini. Aku sengaja membiarkan mereka untuk berdua dan aku pergi sendiri dengan Jazz-ku. Aku pergi ke Sun Plaza sendiri. Dijalan aku menghidupkan musik yang agak nge-beat biar aku tidak melamun dijalan. Aku sampai di tujuanku. Aku mengambil parkir di atas karena lebih dekat dengan bioskop tersebut. Perasaanku hari ini sangat senang. Karena Ayah dan Bundaku hari ini baikan layaknya suami istri biasanya. Aku berjalan menuju swalayan dulu buat membeli makanan ringan dan aku menemukan Teddy sedang berbelanja juga.

“Zhiya ? Ngapain kamu disini ?” Tanyanya heran
“Belanja snack buat makan di bioskop. Kamu ?”
“Niatnya mau nonton. Sendiri nih ?”
“Yapz !”
“Yaudah bareng aja yuk.”
“Ayo. Yuk pergi kesana sekarang. Keburu pintu teaternya dibuka. Udah beli tiket ?”
“Aku sih udah. Aku juga beli dua gak tau kenapa. Tapi kebetulan banget”
“Film apa ?”
“’Awake ‘soalya itu yang seru”
“Yaudahlah. Yang penting aku nonton malam ini.”
Aku menghabiskan waktuku untuk nonton bersama dan jalan bareng sama anak baru yang ada disekolahku. Aku pulang sekitar jam delapan malam saat makan malam tiba. Hari itu aku sangat bahagia. Tidak ada raut wajah yang muram dan sedih saat itu. Tidak setan di saat itu. Yang ada hanyalah malaikat yang membuatku dapat merasa sedikit bahagia di dalam kemuraman hari hariku.
Aku pulang sendiri mengendarai mobilku dan Teddy juga pulang sendiri. Sebelum pulang kami saling bertukaran nomor handphone agar kami bisa berkomunikasi satu sama lain. Perlahan aku menginjak pedal gas mobilku. Aku melaju lambat dan perlahan. Jarak plaza itu dengan rumahku tidak terlalu jauh. Dan akhirnya aku sampai dirumah yang hari ini menjadi surga. Bunda dan Ayah sudah pulang. Aku adalah anak emas di keluarga itu. Ayahku adalah seorang manajer disuatu perusahaan swasta yang terkenal ke-professionalitasnya. Bundaku adalah seorang wanita karier yang bergelut dengan laptop dan handphone setiap harinya. Apabila keduanya sedang tidak ada aku sendiri dirumah. Terkadang ada juga kakak dan abang sepupuku yang mengunjungiku bila mereka punya waktu luang untukku. Sebenarnya aku anak yang tidak seberuntung anak lainnya. Aku mempunyai orangtua yang lengkap dan komplit tapi gak pernah bisa merasakan yang namanya bahagia sekeluarga tanpa ada kuranggnya sedikitpun. Tetapi aku tidak. Ayahku bergelimangan harta tetapi mereka miskin akan keharmonisan di keluarga ini.
Sesampaiku dirumah aku disambut mereka berdua. Aku bahagia melihat mereka berdampingan seperti itu.
“Bagaimana acara mu sayang ? “ tanya Bundaku
“Sangat sempurna ! “
“ Baguslah kalau seperti itu nak. Ayo ke meja makan. Bunda masak hari ini”, timpa ayah.
“Waw. Pasti enak banget. Jarang banget bunda masak. Sering sering bun!”
“Ya sayang. Kalau bunda sempat pasti bunda masak buat kamu!”
Sejujurnya aku tidak suka kalimat itu. Tapi toh mereka seperti ini untukku. Mereka berjuang untukku. Dan mereka juga bertanggung jawab atas hidupku.
“Nak, Senin Ayah antar ya ! Bangun pagi ya !”,seru ayahku
“Siap Boss !!!”, sambil berhormat dengan ayahku
“Bunda juga ayah antar ya ! Jadi kita semua pergi dengan ayah !” tambah ayah.
“Iya ayah !”,jawab Bunda dan aku bersama
***
Senin yang dinanti datang dan hari itu adalah hari yang aku tunggu selama ini. Pergi bersama Ayah dan Bunda tanpa mengendarai mobil pribadi. Dirumah, kami memiliki mobil individual karena kami juga selalu hidup berindividual, padahal kami satu keluarga. Ayah menghentikan mobilnya didepan gerbang SMK Shandy Putra. Aku yang pertama diantar oleh ayah. Aku mencium tangan kedua orang tuaku. Bahagia bukan main aku hari ini. Melihat mereka sangat harmonis dan aku berharap semua itu akan tetap kekal di keluargaku. Sesampainya di kelas, aku disambut oleh si Teddy anak baru. Entah mengapa dia menyambutku. Aku juga tidak tahu apa alasannya. Dan aku juga bisa melihat kalau teman temanku tidak senang melihat kebahagiaanku.
Semua tatap sinis ada dihadapanku sekarang. Tetapi aku tetap tidak peduli.dan Teddy juga tidak peduli. Teddy tidak tahu sebenarnya, tapi dia harus tahu. Kabar yang bukan bukan datang ke telinga Teddy. Semua itu berasal dari Rara. Rara tidak menyukaiku. Dari semua orang yang ada dialah yang paling membenciku. Sebab dia membenciku juga tidak terlalu jelas. Kabar kabar yang buruk tentangku telah sampai ke telinga Teddy.
“Ted, lebih baik kamu jauhin aja deh si Zhiya. Dia itu anak broken home makanya dia diam disekolah. Dia juga ada masalah yang dengan anak sekolah. Makanya anak sini sebagian gak suka sama Zhiya” jelas Rara panjang kali lebar pada Teddy.
“Masa sih ?. Perasaan kemaren aku jalan sama dia. Biasa aja tuh !” bantahnya.
“Apa ! Kamu jalan sama dia kemain ?” Rara terkejut
“Ya, emangnya kenapa ? Sewot bener kamu !” tandasnya
“Kalo kamu emang gak mau dengerin aku yah gak apa apa” Rara pun mengalah
Aku tidak tahu apa keinginan mereka sebenarnya. Lagi pula urusanku kan bukan urusan mereka. Masing masing individu punya masalah sendiri dan menurtku mereka tidak perlu mencampuri urusanku. Mungkin salah satu alasannya adalah mereka tidak ingin melihatku bahagia hidup di dunia ini. Tapi usaha apapun yang mereka tempuh untuk membuatku sengsara dan tidak bahagia di dunia percuma saja karena ada yang lebih berhak lagi mengatur hidupku, yaitu Tuhan.
Kini tugasku adalah menjalankan bidak caturku dengan baik dan teratur agar semuanya tetap dikendaliku. Mau mereka mengatakan apapun padaku aku tidak akan peduli. Kalau mereka bilang sok cueklah, sok manislah, dan sok yang lain pun, aku tak akan menghiraukan karena inilah hidupku bukan hidupmu. Aku hidup disini karena dan hanya disinilah aku bisa bertahan hidup dan disinilah populasiku hidup. Populasi Homo sapiens yang hidup disuatu daerah agar dapat hidup bersama dengan spesies sejanisnya. Apabila aku dapat hidup dengan makhluk selain Homo sapiens aku akan mencoba. Tapi sayangnya itu tak akan mungkin terjadi padaku.
Sekarang aku dikelas termenung seribu bahasa. Sambil menyentuh dan membaca buku sejarah dan ngemil. Aku tahu mereka sedang heboh dengan berita headline terbaru yaitu “Teddy dan Zhiya Nonton Bareng hanya berdua”. Menurutku itu sih Cuma berita kacangan yang membuat kuping dan hatiku memanas bagaikan minyak yang dipanaskan di wajan dengan api yang sangat besar. Semua headline itu pasti datang dari Rara. Aku bisa menduganya. Bukannya mau berprasangka buruk tapi memang dialah yang suka menyiarkan berita terpanas setiap minggunya. Mulai dari yang gak penting jadi penting, yang tabu menjadi terungkap. Mungkin cita citanya jadi jurnalis atau wartawan kali. Soalnya mulut dia asli kayak ember bocor dan seperti kompor meleduk tuh mulut. Tapi aku gak heran kalau itu sudah tersebar, secara kan kalaupun emang dia gak ngeliat atau dia langsung menanyakan dengan ‘tersangka’ toh dia jawab santai dan biasa aja.
***
Hari demi hari aku dan Teddy semakin dekat dan tidak terpisahkan. Berbicara dengannya sungguh sangat mengasyikkan. Rara pun juga makin memanas melihat aku dan Teddy berdua. Dia syirik banget kalau lihat aku bahagia. Tapi selidik punya selidik si Rara emang suka sama si Teddy. Sayangnya si Teddy gak kepincut sama pesona dia. Suatu hari disaat spanning nya Rara naik, dia memanggilku untuk dia wawancarai mungkin untuk bahan jurnalis dia yang sekarang mungkin dia lagi sepi job. Jadi mau gak mau dia harus cari berita terbaru.
“eh kamu itu centil banget. Sok jual mahal lagi, maumu apa sih !” murka Rara
“ apa urusan kamu coba ? mau aku deket sama Zac Efron pun bukan urusan kamu kali !”
“ eh tapi Teddy itu jatah aku ya ! kamu bisa ambil yang lain tau !” amarah Rara
“ wow. Sabar coy ! kalau kamu mau makan si Teddy juga gak masalah sama aku ! “
“ah ! nyebelin !” sentak Rara sambil meninggalkanku.
Dalam hatiku ada tawa bahagia yang meyelimutiku. Seolah olah kali ini aku adalah pemenangnya. Tetapi aku tidak tahu untuk apa itu diperebutkan. Sebenarnya semua itu kulakukan hanya untuk membalas semua yang telah dia ambil dariku. Mungkin hanya itu yang membuatnya mengalah. Dan aku juga berharap Rara berhenti menganggu hidupku. Karena saat ini aku ingin kehidupan yang bahagia dan tenang tanpa ada masalah dan aku sekaran tidak mau menjadi pendengar dan pelaku.
Teddy Suhardinata. Murid baru itu sekarang sudah membuat geger kelas bahkan hampir satu sekolah. Dia telah membentak Rara dengan ucapan kasar hanya untuk membelaku. Menurutku itu juga pantas dia terima. Karena sudah cukup dia menindasku dimana saja. Aku sudah muak dengan hinaan itu semua tapi aku harus tetap diam karena tidak ada manusia yang berdiri dibelakangku untuk membantu. Hanya dialah yang pertama membantuku melakukannya.
Perasaan kecewa dan hancur dirasakan oleh Rara. Dia bersedih hati. Kini situasi itu terbalik. Sebelum konflik ini terjadi aku yang selalu bersedih hati dan kini dialah yang mendapatkan kesedihan yang kurasakan. Dia kecewa dan sakit hati. Tetapi aku tidak tega melihat keadaanya seperti itu. Walau dia sejahat apapun aku juga tetap tidak menginginkan kalau dia mengeluarkan air mata. Aku ikhlas dan itu semua yang diberikan adalah cobaan untukku agar aku memahami kesabaran yang lebih dalam dan mengerti makna kehidupan dengan berlapang dada dan bersabar.
“ aku minta maaf ya ! aku gak bermaksud kok ! “ ucapku serta mengulurkan tangan perdmaian
“ seharusnya aku yang minta maaf denganmu. Aku sadar bahwa selama ini yang telah aku perbuat sangat fatal dan salah “ isaknya sambil menangis.
“ sudahlah. Anggap saja semua itu tidak pernah terjadi dan aku harap hubungan antara kita bisa lebih baik dari sebelumnya “ pintaku padanya.
“ maafkan aku yah !” dia mengulurkan tangannya.
“ ia. Sudahku maafkan sebelum kau memintanya, “
Aku dan Rara pun kini berteman layaknya teman biasa. Tidak ada masalah lai diantara kami berdua. Aku pun mulai merasa bebas untuk melakukan aktifitas apapun. Karena yang membuat semua aktifitasku canggung adalah dia Rahmita Maulina. Semua itu telah berakhir dan kini tak ada lagi masalah dan halangan untukku berbicara dengannya dan lainnya, walaupun aku tahu masih ada orang yang membenciku diluar sana tapi setidaknya masih ada manusia yang bisa menyadari kesalahannya.
***
Aku, Rara dan Teddy sekarang menjalin persahabatan. Walaupun terkadang sifat Rara yang dulu kambuh tapi kami berusaha untuk menciptakan perubahan pada diri Rara. Kami akan berusaha sekuat mungkin akan membantunya. Tapi semua itu sudah terlambat. Sebelum semua konflik yang terjadi dia sudah mengidap penyakit lupus dan ditambah dia adalah pemakai narkoba yang sangat sangat berbahaya. Kini dia dirumah sakit menggunkan baju biru steril yang sekarang sedang ditangani oleh manusia berbaju putih itu. Aku belum berbuat baik padanya. Pelajaran tentang agama dan kehidupan yang aku berikan padanya belum cukup untuknya. Dia masih perlu banyak pelajaran. Aku sedih melihatnya terkulai lemah di tempat tidur itu dengan baju biru yang ia kenakan. Di saat terakhir hidupnya aku selalu menemaninya dirumah sakit. Kini, SMK Shandy Putra kehilangan murid pembuat onar. Walaupun demikian suasana disana sepi tanpanya meski dia sebandel apapun dia juga pernah melakukan hal yang terpuji. Aku hanya bisa meratapi keadaan. Orang tuanya juga sudah pasrah dengan semua keadaan ini. Ayah dan Bundaku sebenarnya tidak setuju dengan perbuatanku. Tapi aku menghiraukannya, aku melakukan hal baik sekarang jangan halangi aku untuk berbuat itu.
“aku adalah orang yang paling rugi sedunia karena meremehkanmu Zhiya !” ucap Rara memecah kesunyian.
“ kamu salah ! aku adalah orang yang merugi karena tidak bisa membuatmu bahagia “ isakku untuknya.
“ aku akan membawa mu nanti suatu saat. Tunggu aku disana yah ! “
“ kamu jangan pergi ! “
“ sampaikan maafku pada semua orang dan Teddy ! Allahu Akbar ! “ ucapnya terbata bata.
Dan seketika itu dia sudah meninggalkanku dan tidak ada lagi tawa dan pandangan sinis itu padaku. Rahmita Maulina. Nama itu kina hanyalah tinggal kenangan semata. Tiada lagi gosip terhangat dan berita terhangat disekolah, tidak ada lagi masalah yang timbul disudut mana pun. Hilang sudah semuanya.
“ Ted, kini hanyalah kita yang tersisa diantara tiga. “ ucapku di tempat yang sunyi sakarang menjadi ramai. Aku mengenakan baju hitam dan Teddy pun juga menggunkan baju yang sama. Sekarang kami sedang menemani Rara menuju tempat peristirahatan terakhirnya. Selamat jalan Ra ! Kau akan selalu menjadi teman dihatiku !.
“ Ya Zhi. Aku tahu. Walaupun kita hanya sebentar bersamanya tapi semua itu akan tetap ada sampai kapanpun” ucap Teddy.
Rara kau kan selalu dihatiku. Selamat jalan sobat ! semoga tuhan memberikan padamu yang terbaik !.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar